OLAHAN IKAN MAKANAN KHAS BANGKA BELITUNG
OTAK-OTAK ASE BANGKA
Otak-otak adalah makanan yang terbuat dari daging tenggiri cincang yang dibungkus dengan daun pisang, dipanggang, dan disajikan dengan kuah asam pedas. Penganan ini populer di kawasan sekitar Selat Malaka dan Selat Karimata, seperti Kepulauan Riau, Singapura, dan Malaysia, tetapi tersebar luas pula di berbagai kota di Sumatra dan Jawa. Di Malaysia, Muar terkenal dengan otak-otaknya.
Otak-otak dibuat dari ikan yang diambil dagingnya, kemudian dihaluskan dan dibumbui. Selanjutnya, daging ikan tersebut dimasukkan lagi ke dalam kulit ikan yang kemudian direbus atau dipanggang dalam balutan daun pisang. Makanan ini dapat dimakan tersendiri atau dengan saus asam pedas. Kadang-kadang dijadikan lauk untuk makan nasi.
Otak-otak merupakan produk pengolahan dari daging ikan yang dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang putih, dan bawang merah. Produk otak-otak ikan berasal dari daerah Sumatera, kemudian berkembang ke daerah lain di Indonesia. Produk otak-otak ikan yang paling terkenal adalah otak-otak ikan yang terbuat dari ikan tenggiri (Agustini dkk., 2006). Proses pengolahan otak-otak ikan menggunakan bahan baku daging ikan yang telah dilumatkan (dihaluskan) dan ditambahkan dengan bahan tambahan pangan yang dicampurkan selama proses pengolahan berlangsung. Penanganan pada bahan baku dan proses pengolahan yang kurang tepat seringkali berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan. Otak-otak ikan tenggiri yang pada terbuat dari daging ikan tenggiri mengandung protein dan lemak yang cukup banyak, mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
MI KUAH IKAN / MI KOBA
Mie Koba adalah kuliner khas pulau Bangka atau tepatnya sebagai makanan khas Kota koba Ibukota Kabupaten Bangka Tengah. Yang membedakan Mie koba dengan mie lainya adalah rasanya yang nikmat dan gurih dengan kuah ikan tenggiri Bangka yang sangat khas. Mie Koba terbuat dari kuah yang disiram kaldu daging tenggiri dipadu tauge, daun seledri dan bawang goreng.
Isi Mie Koba sendiri sangat beragam yakni ada mie, telur, taoge, seledri, bawang goreng dan sedikit daun seledri sesuai selera. Nah semua bahan tersebut kemudian disiram dengan kuah yang terbuat dari ikan tenggiri.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Mie Koba :
200 gram mi bulat atau mie telur atau mie basah (sesuai selera), seduh
100 gram tauge, seduh
2 batang daun bawang, iris untuk taburan
3 buah lemon cui untuk pelengkap
750 kuah kaldu sapi
100 gram tauge, seduh
2 batang daun bawang, iris untuk taburan
3 buah lemon cui untuk pelengkap
750 kuah kaldu sapi
Bahan Kuah Ikan Mie Koba:
200 gram ikan tengiri fillet
3 siung bawang putih, haluskan
2 cm jahe, memarkan
1.000 ml air
3 siung bawang putih, haluskan
2 cm jahe, memarkan
1.000 ml air
Bahan Saus (aduk rata) Mie Koba:
11/2 sendok makan kecap asin
1 sendok teh minyak bawang
1 sendok makan gula merah, sisir
1 sendok teh kecap manis bango
1/2 sendok teh garam
500 ml air panas
1 sendok teh minyak bawang
1 sendok makan gula merah, sisir
1 sendok teh kecap manis bango
1/2 sendok teh garam
500 ml air panas
Bahan Tumisan Mie Koba:
3 siung bawang putih, cincang halus
1/2 buah bawang bombay, cincang halus
200 gram ikan dari rebusan kaldu, potong kotak kotak
1 sendok makan Kecap Manis Bango
1/2 sendok makan saus tiram
1/2 sendok teh kecap asin
1/2 sendok teh garam
1 sendok teh merica bubuk
1 sendok teh gula pasir
1/2 sendok teh kaldu ayam bubuk
100 ml air
1 sendok makan minyak untuk menumis
1/2 buah bawang bombay, cincang halus
200 gram ikan dari rebusan kaldu, potong kotak kotak
1 sendok makan Kecap Manis Bango
1/2 sendok makan saus tiram
1/2 sendok teh kecap asin
1/2 sendok teh garam
1 sendok teh merica bubuk
1 sendok teh gula pasir
1/2 sendok teh kaldu ayam bubuk
100 ml air
1 sendok makan minyak untuk menumis
Cara membuat mie Koba:
- Untuk membuat kuah ikan: rebus ikan, bawang putih, dan jahe hingga berkaldu. Ukur air kaldu 750 ml. Sisihkan.
- Tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum. Masukkan ikan. Aduk rata.
- Masukkan Kecap Manis Bango, saus tiram, kecap asin, garam, merica bubuk, kaldu ayam bubuk, dan gula pasir. Aduk rata. Tambahkan air. Masak sampai matang.
- Tata mi dan tauge yang sudah diseduh. Aduk rata. Tuang air, ikan dan saus.
- Sendokkan tumisan ikan. Sajikan lemon cui.
- Siap disantap bersama keluarga.
PANTIAW IKAN
Pantiaw adalah makanan khas Bangka Belitung yang berasal dari olahan tepung sagu dan tepung beras, berwarna putih dengan bentuk menyerupai mie dengan tekstur kenyal yang menggoyang lidah. Pantiaw disajikan dengan siraman kuah ikan yang memberikan rasa pada pantiaw yang tidak memiliki rasa yang kuat. Pantiaw sendiri merupakan masakan yang diadaptasi dan dipopulerkan oleh orang Cina yang menetap di Bangka, karena yang kita tahu Bangka Belitung merupakan pulau dengan berbagai jenis ras, agama dan budaya yang menjadikan banyaknya ragam masakan yang menjadi cirri khas masing-masing. Pantiaw juga merupakan wujud adanya akulturasi budaya yang ada di Bangka Belitung ini.
Orang Tionghoa di Bangka didatangkan pada awal abad 18 atau sekitar tahun 1710 Masehi ketika pertambangan resmi dibuka. Mereka umumnya tidak membawa istri sehingga menikahi penduduk bumiputera, sehingga Tionghoa di Bangka sebagian besar merupakan peranakan yang berbicara bahasa Hakka yang bercampur bahasa Melayu. Adapun tujuan mereka migrant ke Bangka adalah menjadi kuli timah, karena pada masa itu pulau Bangka yang berada di bawah kesultanan Palembang ditemukan timah, dan tenaga kerja yang dianggap berpengalaman adalah orang Tionghoa suku Kejia yang memang terkenal memiliki keahlian di bidang pertambangan.
Tambang timah juga terdapat di daerah kabupaten Bangka Barat kecamatan Jebus desa Sungaibuluh, dimana dulu tambang timah di desa Sungaibuluh disebut dengan parit. Pada tahun 1945, salah satu warga yang memiliki parit adalah Abdul Hamid, yaitu parit 6, yang mempekerjakan warga Tionghoa, dimana di desa Sungaibuluh juga terdapat pemukiman Tionghoa yaitu kampong Pecinan. Warga Tionghoa memiliki banyak kelekak durian yang sampai sekarang masih dapat ditemui beberapa kelekak tersebut, dan juga hingga kini masih terdapat sisa-sisa pondasi rumah warga Tionghoa tersebut, dan sekarang ini ada juga warga Sungaibuluh yang membangun rumah di atas sisa pondasi warga Tionghoa dahulu.
Plesetan kata pantiaw itu sendiri dari bahasa bangsa Tionghoa yang ada di Bangka. ‘Pan’ itu artinya ‘setengah’, serta ‘Tiau’ artinya ‘marah’. Berarti pantiaw artinya setengah marah.
Pada suatu siang, Abdul Hamid bercerita kepada istrinya Yang Alwani (Yang Cit) bahwa dia melihat pekerja paritnya membuat makanan dari bahan ubi, yang kemudian diketahui bahwa makanan tersebut bernama Pantiaw, dimana Pantiaw adalah makanan khas warga Tionghoa di negara asalnya. Namun Pantiaw di Negara Tionghoa berbahan dasar beras, dan karena pada masa itu beras adalah bahan makanan yang mempunyai nilai agak tinggi di desa Sungaibuluh maka mereka menggantinya dengan ubi yang banyak terdapat di desa Sungaibuluh. Semenjak itulah warga desa Sungaibuluh mengenal Pantiaw ubi, yang biasa disebut warga desa Sungaibuluh dengan kata Pentiaw ubi.
Hingga saat ini Pentiaw ubi menjadi makanan khas warga desa Sungaibuluh, biasa dijajakan di pagi hari untuk menjadi sarapan warga sekitar. Pentiaw ubi juga menjadi makanan wajib yang dihidangkan pada beberapa acara yang diselenggarakan di desa Sungaibuluh seperti acara nikah, acara sedekah kampong, dan acara do’a selamat. Apabila pada saat acara dihidangkan pantiaw beras, pantiaw mi dan pentiaw ubi, warga pasti langsung mengambil pentiaw ubi terlebih dahulu, karena pentiaw ubi memang lebih menyatu di lidah warga desa Sungaibuluh.
Untuk menambah rasa dari pentiaw ubi tersebut, para ibu pun mencoba untuk membuat kuah ikan untuk pentiaw ubi. Dengan merebus kaldu ikan dan gilingan daging ikan, serta dicampur dengan rempah-rempah yang membuat kuah ikan menjadi lebih lezat. Kebetulan di dekat desa Sungaibuluh terdapat laut Bembang yang berjarak 7 km dari desa Sungaibuluh, sehingga masyarakat mudah mendapatkan ikan untuk kuah pentiaw ubi.
Pentiaw ubi ini sendiri mengalami perkembangan ke Bangka Tengah yaitu Lampur, dibawa oleh anak Abdul Hamid yaitu Yang Rip Atul Amaliah (Yang Long, 73 tahun) yang sesudah menikah menetap di Lampur Bangka Tengah. Hingga saat ini pentiaw ubi masih rutin dibuat oleh anak Yang Long, yaitu Rusmi (50 tahun).
Komentar
Posting Komentar